Bakteri

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.[5] Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).[11] Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]
Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang kecil".[13] Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5] Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13] Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop masih sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13] Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kelompok bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, ia juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13] Robert Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang berhasil mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch berhasil membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik.[13] Beliau juga berhasil menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya ia menggunakan potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya penggunaanya digantikan dengan agar (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bekerja bersama Robert Koch.[13]

Dapatkan eBook kesehatan Gratis sekarang juga!

* Wjib diisi

Cleaning In Place



Program Cleaning dan Sanitasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan apalagi diabaikan dalam industri pangan. Kebersihan suatu tempat dan peralatan-peralatan pendukung lainnya dalam suatu aktivitas kegiatan yang mutlak harus diperhatikan.
Program kebersihan (cleaning) tidak boleh berhenti pada tahap kebersihan secara visual saja, tetapi harus berlanjut ke tahap membunuh bakteri yang masih tertinggal pada bagian tertentu suatu tempat atau peralatan. Program lanjutan ini bisa kita sebut sebagai Sanitasi (sanitation).
Program pembersihan dan sanitasi akan dapat dilaksanakan secara baik dan cepat serta dengan hasil yang sesuai harapan jika bidang/ruang (scope)-nya relatif kecil atau sederhana. Dinamika permasalahan akan timbul jika bidang/ruang (scope)-nya luas serta bervariasi.
Pemilihan suatu metode pembersihan dan Sanitasi hendaklah mencermati hal- hal berikut:
·         Bersifat apakah kotoran itu , organik atau anorganik.
·         Permukaan benda yang terkontaminasi kotoran tersebut.
·         Luas atau banyaknya kotoran yang membebani.
·         Frekuensi terjadinya kotoran itu.
·         Lingkungan yang dekat dengan kotoran yang hendak dibersihkan.
Pada gilirannya kita akan menentukan metode dan atau sanitasi serta bahan pembersih seperti dibawah ini :
·         Cara manual/conventional.
·         Cara CIP (Cleaning In Place).
·         Paduan antara cara manual dan CIP.
·         Pemilihan chemical yang tepat.

Pada cara Manual ini masih dapat dibagi seperti: Scrubbing/wiping, soaking dan fogging atau kombinasi antaranya.
Penulis di sini ingin menggambarkan berdasarkan pengalaman empiris mengenai bahan pembersih (fine blend chemical) yang berbasis air (water base). Karena ada keterbatasan penggunaan water base ini -seperti pada pabrik coklat-, jadi pada pabrik coklat ini harus ada treatment khusus terutama pada ruangan produksi .


Jika kita bicara mengenai cleaning secara manual, maka langkah yang akan kita lalui adalah :
·         Bilas (rinse)
·         Cuci (main clean)
·         Bilas akhir (final rinse)
·         Sanitasi (additional sanitation)
Pada tingkat pembersihan dan sanitasi secara manual ini, kita tidak dihadapkan pada kesulitan yang berarti atau kesulitan itu menjadi relatif mudah asalkan pemilihan akan suatu bahan pembersihnya benar dan umumnya industri sudah paham dengan cara ini yakni aktivitas penggosokan/pengelapan dengan sikat dan kain.
Kesulitan yang cukup berarti akan dijumpai jika sudah masuk ke dalam program pembersihan CIP (Cleaning In Place). Pada program ini mutlak diperlukan ketepatan akan pemilihan bahan pembersih dan sanitasi, karena proses pembersihan dilakukan dengan mekanisme yang sistemetik dan tanpa disentuh oleh tangan manusia. Selain itu ada pula unsur time, temperature, chemical concentration dan mechanical action yang akan bekerja secara otomatis. Dan tidak jarang kita menjumpai tidak hanya satu jenis bahan pembersih saja yang dipakai untuk membersihkan permukaan suatu bidang.
Ada beberapa tipe dalam program CIP, antara lain:
·         3 langkah (step)
·         5 langkah (step)
·         7 langkah (step)
CIP dengan 3 Step terdiri dari
·         Bilas (rinse)
·         Cuci (cleaning) , dengan alkali atau acid
·         Bilas akhir (final rinse )
Jika memakai CIP dengan 5 Step terdiri dari :
·         Bilas (first rinse)
·         Cuci (cleaning ) dengan alkali atau acid
·         Bilas (intermediate rinse)
·         Sanitasi (sanitize)
·         Bilas (final rinse)
Sedangkan apabila menerapkan CIP dengan 7 langkah, maka akan dilakukan:
·         Bilas (first rinse)
·         Cuci (cleaning ) dengan alkali
·         Bilas (intermediate rinse)
·         Cuci (cleaning ) dengan acid
·         Bilas (pre final rinse)
·         Sanitasi (sanitize)
·         Bilas (final rinse)
Jika kita amati dari aktifitas pembersihan dan sanitasi, baik yang memakai cara manual maupun CIP (Cleaning In Place) atau boleh juga disebut sebagai CCC (Closed Circuit Cleaning), maka sentuhan akhir pada kegiatan ini adalah sanitasi sebelum final rinse.
Pos Sanitasi akan menjadi sangat penting artinya dan juga menjadi parameter yang signifikan bagi kesempurnaan/kelengkapan suatu proses pembersihan dan sanitasi yang menjadi harapan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pemilihan suatu bahan sanitasi saat ini hendaklah dipertimbangkan dengan baik, bijak dan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
·         Biodegradable
·         Halal
·         Tidak mengikut sertakan bahan yang tidak diperkenankan seperti formalin/formaldehyde
Adalah suatu keputusan yang tepat dan bijak jika kita beralih untuk memilih bahan sanitasi yang dikombinasi dengan chitosan.
CHITOSAN atau chitin seperti kita umumnya telah mengetahui adalah bahan yang terbuat dari extract kulit kepiting dan udang (baca Artikel Chitosan New Biotechnology Sanitizer– FOODREVIEW INDONESIA edisi Agustus 2009, hal.34 ).
Chitosan sudah mulai cukup populer dikonsumsi manusia seperti diikut sertakan pada Food Supplement, Chemistry, WWTP (Waste Water Treatment Plant), dan sebagainya. Chitosan mempunyai 2 gugus sekalian yakni disamping Gugus NH2 juga mengandung Gugus COO-. Gugus NH2 mempunyai fungsi untuk menghambat atau mencegah yeast dan mold, sedangkan Gugus COO- memperkaya fungsi tambahan yakni untuk mencegah dan membunuh bakteri Gram + (Positif) dan Gram – (Negatif).
Secara umum 2 Gugus yang dimiliki didalam kandungan chitosan saling berkolaborasi dan melengkapi dengan baik. Jika pada musim hujan dengan tingkat kelembaban suhu tertentu maka yang paling mungkin muncul secara signifikan adalah yeast dan mold, sedangkan pada peralihan musim penghujan ke musim kemarau biasanya pola dominasi mikrobiologi digantikan oleh Gram positif dan Gram Negatif seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella typhii.

Definisi dan Daftar Search Operator



Search operator adalah command atau perintah yang bisa anda masukkan ke mesin pencari untuk mendapatkan hasil pencarian yang lebih spesifik.
Hal ini lebih mudah dijelaskan dengan langsung memberi anda list search operator yang bisa anda gunakan di Google.
Berikut ini adalah daftar search operator yang penting untuk anda pelajari:
  • site:url » operator ini dugnakan dengan URL untuk mencari seluruh halaman ter-indeks dari domain yang bersangkutan. Contoh, jika anda memasukkan site:www.syamsulalam.net ke dalam kotak pencarian Google, maka Google akan menampilkan seluruh halaman dari domain www.syamsulalam.net yang ter-indeks oleh Google.
  • inurl:keyword » operator ini digunakan untuk mencari URL yang mengandung keyword yang dimasukkan setelah operator tersebut. Contoh, jika anda memasukkan inurl:blog ke dalam kotak pencarian Google, maka Google akan menampilkan hasil pencarian yang memiliki blog di dalam URL nya. Seperti misalnya, http://www.wikipedia.org/Blog atau http://www.blogger.com/ atau http://www.syamsulalam.net/blog/ atau apapun yang intinya mengandung kata blog dalam URL nya.
  • intitle:keyword » operator ini digunakan untuk mencari halaman yang mengandung keyword yang di cari dalam title nya (title tag nya). Contoh, jika anda memasukkan intitle:Syamsul ke kotak pencarian Google, maka Google hanya akan menampilkan halaman dengan title tag yang mengandung keyword “Syamsul” di dalamnya.
  • allintitle:keyword » operator ini hampir sama seperti operator intitle:, hanya saja yang membedakan adalah bahwa search operator ini memungkinkan anda untuk memasukkan lebih dari satu keyword dan akan memunculkan halaman yang mengandung kombinasi dari keyword-keyword tersebut dalam title tag nya. Contoh: memasukkan allintitle:Syamsul Alam dalam kotak pencarian Google, akan memunculkan halaman-halaman yang mengandung keyword “Syamsul” dan keyword “Alam” di title tag nya.
  • intext:keyword » operator ini digunakan untuk hanya menampilkan hasil dengan keyword spesifik yang dicari dalam halaman teks. Contoh: jika anda mengetikkan intext:Syamsul di kotak pencarian Google, maka akan muncul semua halaman yang memiliki keyword “Syamsul” di bagian teks (bukan di title tag). Terlihat seperti search operator yang tidak berguna ‘kan? Tapi saya akan ajarkan nanti bahwa operator ini memiliki fungsi khusunya nanti di bagian ‘mengombinasikan search operator’.
  • "keyword keyword" » operator ini digunakan untuk menampilkan hasil pencarian dengan frase tertentu yang spesifik dengan urutan keyword tertentu. Jika anda memasukkan frase panjang ke dalam Google, dan anda tidak menutupnya dengan tanda kuotasi ini, maka hasil pencarian tidak akan menampilkan frase yang anda cari dengan urutan keyword yang anda mau. Contoh: jika anda mengetikkan “Syamsul Alam” dalam kotak pencarian Google, maka Google akan menampilkan hasil yang memiliki frase “Syamsul Alam” dengan urutan keyword persis sama seperti itu. Jika anda memasukkan tanpa tanda “”, maka yang akan muncul adalah hasil pencarian yang pokoknya memiliki kata “Syamsul” dan kata “Alam”, Google tidak menganggap Syamsul Alam berupa frase, tapi merupakan dua keyword yang terpisah.
  • keyword * keyword » operator * (asterisk) ini digunakan sebagai wild card. Operator yang sangat berguna untuk memberi kita keyword suggestion. Contoh: ketika mencari di Google dengan pencarian “Syamsul *”, maka Google akan menampilkan hasil pencarian yang mengandung kata Syamsul dan kata apapun setelahnya. Google akan menampilkan hasil pencarian untuk “Syamsul Alam”, “Syamsul Arifin”, “Syamsul Ilham”, dan Syamsul-Syamsul yang lain… Contoh lain, misal anda ketikkan “* wordpress plugin”, maka Google akan menampilkan hasil pencarian untuk “top wordpress plugin”, “best wordpress plugin”, “list of wordpress plugin”, dan lain sebagainya…
  • ~keyword » operator ~ yang anda letakkan sebelum keyword digunakan untuk mencari keyword yang dianggap sinonim oleh Google. Contoh: jika anda memasukkan “~baju korea” ke dalam kotak pencarian Google, maka Google akan menampilkan hasil pencarian seperti “busana korea”, “dress korea”, “pakaian korea” dan lain sebagainya.
  • angka..angka » operator .. (double dots) digunakan untuk mencari antara angka yang terletak di angka pertama ke angka berikutnya. Misal, mengetikkan “top 1..99 steak recipe” di kotak pencarian Google akan memunculkan hasil pencarian untuk “top 10 steak recipe”, “top 25 steak recipe”, “top 7 steak recipe” dan seterusnya…
  • filetype: » search operator ini berguna untuk memunculkan hasil pencarian untuk file tipe tertentu seperti misalnya file PDF atau file DOC. Contoh, “filetype:pdf syamsul alam” akan memunculkan hasil pencarian berupa file PDF yang mengandung keyword “syamsul” dan keyword “alam”.
  • -keyword » operator ini digunakan untuk mencegah adanya keyword tersebut muncul dari halaman pencarian. Hasil pencarian hanya akan menampilkan hasil yang TANPA keyword tersebut. Contoh, mengetikkan -syamsul alam ke kotak pencarian Google akan memunculkan halaman yang mengandung keyword “alam” tapi TIDAK menyertakan keyword “syamsul”.
  • +keyword » operator ini digunakan untuk menjadikan keyword tersebut WAJIB muncul di hasil pencarian. Search operator ini menjadikan tiap halaman yang muncul di hasil pencarian memiliki keyword tersebut. Contoh, mengetikkan +syamsul bisnis online akan memunculkan hasil pencarian dimana tiap halaman ada hubungannya dengan bisnis dan online dan MENGANDUNG keyword “syamsul” di dalamnya.
  • keyword OR keyword » operator ini digunakan sebagai perintah “atau” di mesin pencari. Dan akan menampilkan hasil pencarian dari dua keyword yang anda masukkan, tapi tidak keduanya secara bersamaan dalam satu halaman. Contoh: "baju korea" OR "busana muslim" akan memunculkan hasil pencarian untuk keyword “baju korea” dan “busana muslim”.
Search operator sebenarnya ada beberapa lagi, tapi saya sengaja tidak sertakan karena boolean operator yang tidak saya sertakan memang tidak begitu sering saya gunakan dalam mencari daftar situs untuk mendapatkan backlink. Jadi, sengaja tidak saya sertakan karena mungkin tidak begitu berguna bagi anda

Desinfektan



Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol . Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat tumbuh. Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteri Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit.
Disinfeksi dan antiseptik
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam desinfektan yang digunakan:
  1. Alkohol
    Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
  2. Aldehid
    Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
  3. Biguanid
    Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
  4. Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
  5. Fenol
    Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
  6. Klorsilenol
    Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
  • Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
  • Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
  • Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit
Diberdayakan oleh Blogger.